Makam Imanninori Kare Tojeng Karaeng Galesong Tumenanga ri Tappa’na Putera dari Raja Gowa ke-16 Sultan Hasanuddin di Ngantang Malang Jawa Timur
Makam Imanninori Kare Tojeng Karaeng Galesong Tumenanga ri Tappa’na Putera dari Raja Gowa ke-16 Sultan Hasanuddin di Ngantang Malang Jawa Timur - Di Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang terdapat makam Karaeng Galesong di Dusun/Desa Sumberagung KecamatanNgantang. Karaeng Galesong lahir 29 Maret 1655, dia adalah anak dari Raja Gowa Sultan Hasanuddin Tummenangaribella. Dia adalah pahlawan penentang Belanda yang amat gigih. Bahkan dia rela keluar dari istana Raja Gowa karena menolak berdamai dengan Belanda yang dia anggap sebagai musuhutama masyarakat Nusantara. Karaeng Galesong melarikan diri dai Gowa menuju Lombok menyeberangi pulau Bali lalu sampai ke tanah Jawa. Di masa itu di wilayah Jawa Timur terdapat dua penguasa besar dan ditakuti, yakni Adipati Anom di Mataram dan Trunojoyo di Madura.
Kedua penguasa besar ini saling bermusuhan. Karaeng Galesong diakrabi oleh Trunojoyo dan mendapat restu menikahi keponakan Trunojoyo. Bersama sekitar 4 ribu pengikutnya Karaeng terus mengobarkan perlawanan kepda Belanda hingga titik darah penghabisannya di Ngantang. Ketika sampai di Jawa Timur Karaeng Galesong bersekutu dengan Adipati Madura Trunojoyo. Bahkan untuk memperkuat persekutuan itu Karaeng dinikahkan dengan keponakan Trunojoyo. Kemudian keduanya berjuang melawan Belanda. Persekutuan antara tentara Madura dan Makassar ini konon selalu memang dalam pertempuran melawan Belanda. Sehingga pasukan Trunojoyo dan Karaeng Galesong sangat ditakuti Belanda.
Namun, dalam perjalanannya ada perselisihan. Trunojoyo yang memberontak kepada Mataram ingin terus dibantu oleh Karaeng. Namun Karaeng menolak. Alasannya musuh utama Karaeng adalah kompeni bukan Mataram. Perselishan ini terus berlanjut dan terus dimanfaatkan oleh Belanda untuk melemahkan pasukan Madura dan Makassar. Perselisihan itu semakin meruncing hingga Tronojoyo curiga bahwa Karaeng dianggap membantu Mataram. Lalu terjadi pertumpahan darah hingga akhirnya Karaeng meninggal. Terkait meninggalnya Trunojoyo ini ada beberapa versi. Ada yang menyebut Karaeng meninggal di tangan Trunojoyo, ada yang menyebut meninggal dibunuh Belanda. Simpangsiur soal kematian itu karena Karaeng dikenal sangat sakti dan sulit dibunuh. Sehingga ketika dimakamkanpun harus dirantai dan dikuburkan dalam posisi berdiri. Makanya jarak batu nisan makam Karaeng sangat pendek, karena beliau dimakamkan dalam posisi berdiri dan dirantai. Bahkan ada sumber lain yang menyebutkan, karena saking hebatnya untuk membunuh Karaeng harus dipisahkan antara kepala dan badannya. Sebab, jika kepala itu masih terkait dengan badan, dengan cara apapun Karaeng sulit mati.
Konon kepalanya dimakamkan di salah satu
persawahan di Ngantang sedangkan tubuhnya di pemakaman umum yang sekarang. Itu
pula yang menjadi salah satu penyebab, kenapa jarak batu nisan makam Karaeng
sangat pendek. Sosok Karaeng Galesong sangat dihormati oleh masyarakat
Ngantang. Karena dia dikenal sebagai sosok pejuang yang tak kenal menyerah
melawan Belanda.
Maka,
oleh warga Ngantang Karaeng disebut sebagai Mbah Rojo. Sampai sekarang warga
menyebut makam Karaeng sebagai makam Mbah Rojo. Warga terus merawat makam itu
dengan baik. Keadaan makam dibiarkan apa adanya. Berupa tumpukan batu dan
nisan. Di kompleks makam Karaeng terdapat 10 makam lain yang diduga sebagai
pengikut Karaeng. Di sebelah utara nisan terdapat prasasti yang ditulis oleh
kelompok pengajian. Isi prasastinya adalah sebagai berikut ; Di sini makam
pejuang agung yang pantang menyerah menentang VOC dan kedzaliman di abad ke-17
putra Sultan Hasanuddin Raja Gowa ke-16 Menantu Raden Trunojoyo murid Panembahan Giri panglima perang Laskar
Makassar di Jawa Timur. Karaeng Galesong Tumenanga Ri Tappan (Di sini tempat
peristirahatan terakhir Karaeng Galesong). Jamaah Anshorulloh 1420 H. Jamaah
atau kelompok pengajian itu diperintah Gus Dur untuk merawat makam Karaeng
tersebut. Sebelum itu masyarakat Ngantang tidak mengetahui jika ada makam orang
besar di Ngantang. Namun, sejak itulah warga mengetahui kemudian merawat. Tak
berselang lama, banyak tokoh penting nasional utamanya dari Makassar yang
berziarah ke makam Karaeng Galesong, salah satunya Yusuf Kalla.[jw]

Tidak ada komentar: